Selasa, 18 September 2007

Pak polisi juga jualan takjil??

Dalam perjalanan pulang dari mencari takjil sesampai didepan rumah sakit, tak jauh dari situ ada sebuah kantor pulisi, dari kejauhan terlihat polisi berdiri di pinggir jalan sambil membawa papan tulisan, seperti penjual takjil sedang menawarkan dagangannya, yang sering aku lihat sebelumnya. ”sejak kapan pak pulisi jualan takjil?” pikirku dalam hati. Aku arahkan kendaraan agak ketengah, tapi beliaunya ikut ke tengah juga, seakan mau menghentikan laju kendaraanku, “wah, apa pak polisi ini bener jualan takjil ya?” pikirku penuh tanya. Setelah dekat baru aku sadar ternyata tulisan di papan itu adalah “pengemudi sepedah motor harap melaju dijalur paling kiri” oOO ternyata itu to.. aku kira pak pulisinya juga jualan takjil heee… untung aku cepat ke pinggir kalau tidak, yah bisa jadi beli takjil surat tilang deh….

Takjil gratis

Bulan puasa telah tiba, Bulan dimana penuh rahmat bulan penuh mahgfiroh dan ampunan. Tapi bukan puasanya yang akan aku bahas disini (karena mungkin ada orang yang lebih pantas untuk itu), tapi akan kucoba menyinggung sedikit tentang istilah yang tidak bisa terlepas dari puasa itu senderi, yaitu takjil, ada puasa ada takjil. Apasih takjil itu??

Seperti kita katahui bersama takjil adalah istilah untuk menyebut makanan pembuka ketika berbuka puasa, makanan itu bisa berupa kurma, buah2an, aneka minuman atau makanan ringan lainnya. Setiap kali bulan puasa datang, para pedagang musiman slalu tidak pernah ketinggalan menjajakan makanan atau minuman takjil dipinggir-pinggir jalan menjelang berbuka, tak terkecuali di kota Malang ini. Pada sore hari di jalan2 tertentu di kota Malang sudah bisa dipastikan macet, karena saking banyaknya pembeli yang datang untuk sekedar mecari takjil.

Entah sudah menjadi budaya atau bagaimana, yang jelas(pengalaman pribadi ni), ketika jalan2 ingin melihat dan mencoba gimana sih rasanya takjil yang dijajakan itu?. Sesampainya disalah satu jalan besar di kota ini yang terkenal dengan takjilnya, aku tak menyangka, WAHH.. ternyata macet total, padahal jalanannya cukup lebar, terdiri dari dua jaur arah yang terpisah, kalau hari2 biasa kendaraan disini selalu kebut2an saking sepinya. Tapi hari ini berbeda tidak seperti biasanya, banyak orang yang bergerumul di pinggir jalan sanpai hampir ke tengah, itulah pembeli takjil yang tiap sore hari selama bulan puasa memenuhi jalan2 dimana ada penjual takjilnya. Sehingga terkadang sampai menyebabkan antrian kendaraan cukup panjang.

Yang tak kalah menyedot perhatian orang lewat, ketika aku lihat seberang jalan, dijalan yang berlawanan arah, disitu agak mendingan sepi, tapi di pinggir tetap saja banyak orang. Dengan membawa papan bertulisan, seperti mau demo, berusaha menghentikan kendaraan yang lalu lalang. Tulisan di papan bermacam-macam, bubur kacang ijo, es campur, es buah, es dawet, es degan dll. “oO ternyata bukan demo, tapi penjual takjil mempromosikan jualannya”pikirku dalam hati. Disini kekuatan Iman sangat di uji betapa tidak, para pembawa tulisan yang hampir semuanya adalah cewek, ada sebagian yang berpakaian, “maaf”, kurang sopan, super ketat dan…aduh gak bisa dibayangkan lagi “Astaghfirrullah….puasa rek..!!”. Kalau pandangan pertama mungkin anugerah asal jangan diteruskan, tetapi kalau diulang-ulang dan keterusan ‘kan bisa membatalkan puasa, sama aja dengan TAKJIL GRATIS dong. Tapi tentu saja puasanya ditrima atau gak WAllahu a'lam....

Minggu, 16 September 2007

Dunia

Abu Hamid Al Ghazaly mengibaratkan kehidupan dunia itu tak ubah seperti bahtera yang melayari samodera untuk mencapai cita-cita, yakni kehidupan ahirat yang kekal dan abadi. Ditengah perjalanannya kapal itu singgah di sebuah pulau terpencil yang bernama DUNIA. Sebelum semua penumpang turun, diumumkan bahwa pulau itu bukanlah tempat tujuan terahir dari perjalanan ini, melainkan hanya sebuah tempat pelabuhan translit yang digunakan untuk menyiapkan bekal guna meneruskan perjalanan panjang menuju pulau idaman. Oleh karena itu diingatkan pada semua penumpang agar supaya dimanfaatkan sebaik-baiknya, kumpukkan bekal yang benar-benar berguna untuk meneruskan perjalanan. Dan bila bekal yang diperlukan dirasa cukup agar segera kembali ke kapal.

Ternyata para penumpang kapal itu terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah penumpang yang berbuat sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku, setelah memperoleh bekal yang cukup, segera kembali ke kapal, sehingga mendapat tempat yang longgar dan dapat istirahat dengan nyaman. Golongan kedua penumpang yang disibukkan oleh keindahan pulau, mengembara dan menjelajah ke segala arah, menikmati madunya kehidupan diluar batas. Sehingga ketika kembali ke kapal tempat sudah penuh, berhimpitan, hingga badan menjadi penat dan sesak nafas. Sedangkan golongan ketiga adalah yang sama sekali tidak taat peraturan. Mengumpulkan apa saja yang dijumpai, menikmati apa-apa yang diinginkan, pokoknya aji mumpung, meneguk segala yang dapat dijangkau, sampai-sampai mengembara ke hutan belantara, hingga peluit kapal berbunyi sama sekali tidak didengarkan. Kapalpun mengangkat sauh, berangkat meninggalkan pulau meninggalkan mereka dalam keadaan panik, cemas dan kebingungan. Ketika malam tiba, gelap menyelimuti hutan, mereka tak tahu arah, sehingga menabrak kekasa kemari, dan darahpun mengucur dari sekujur tubuh hingga ahirnya binasa, binasa dan binasa.

Kita sekarang menjadi golongan yang mana?? .....